Gunung Kawi Tample
(Hidden Tample of Tampak Siring)
![]() |
Take by @mandasaputra09 |
Hallo Sobat Traveler!!
Kali ini saya ingin menceritakan perjalanan saya bersama beberapa teman saya di Bali yaitu di Pura Gunung Kawi. Pura Gunung Kawi merupakan sebuah pura yang sangat tersembunyi, karena lokasinya yang terletak jauh di bawah dekat dengan sungai di Desa Tampaksiring.
Pura Gunung Kawi adalah pura bekas peninggalan kerajaan Udayana di Bali. Nama Gunung Kawi berasal dari dua kata Gunung dan Kawi. Gunung brarti daerah yang berumpak-umpak dan memiliki puncak diatasnya (pegunungan). Sedangkan Kawi bermakna pahatan. Jadi, Gunung Kawi adalah pahatan-pahatan yang terdapat di pegunungan atau padas pahatan. Kalian bisa lihat dalam foto tersebut bahwa terdapat pahatan-pahatan yang berbentuk candi kuno Bali. Candi Gunung Kawi merupakan peninggalan sejarah abad ke-11. Dalam kompleks candi tersebut terdapat candi peruntukan Raja Udayana, keluarga raja, permaisuri, dan keturunannya yang pernah memerintah di wilayah Bali. Jadi, terdapat kompleks candi yang berada di sebelah barat terdapat 4 candi dan sebelah timur terdiri dari 5 candi atau yang sering disebut saudara 4 di sebelah barat dan saudara 5 di sebelah timur. Peninggalan kepurbakalaan disini terdiri dari kompleks candi yang disebut dengan "ceruk-ceruk" dan kompleks wihara yang disebut dengan "katyagan ambarwati". Candi yang berada di sebelah barat dan timur dibatasi dengan sungai yang bernama sungai pakerisan.
Dari penjelasan kompleks candi tersebut, sebelah barat terdiri dari 4 candi untuk Para Selir Raja dan sebelah timur terdiri dari 5 candi yang terdiri dari keluarga kerajaan, diantaranya yaitu :
- Candi pertama atau paling ujung diperuntukan bagi Raja Udayana.
- Candi kedua untuk Anak Wungsu.
- Candi ketiga sampai candi-candi selanjutnya untuk Permaisuri.
Candi Gunung Kawi dilihat dari sejarah yang sudah dijelaskan, bahwa ini merupakan sebuah peninggalan dari Kerajaan Udayana yang dibuatkan candi yang dimiliki dari keluarga kerajaan dan selir-selir raja, serta beberapa bagian kompleks wihara yang merupakan sebuah pendampingan dari agama Budha dengan Hindu. Hal ini disebabkan oleh kebudayaan dan keyakinan pertama di Indonesia ini bersamaan pada waktu itu, sehingga Hindu-Budha merupakan kebudayaan pertama yang datang ke Indonesia. Jadi, tidak salah lagi bahwa candi ini memiliki nilai kebudayaan Budha. Candi-candi disini terbuat dari batu padas yang masih terbentuk saat ini kemungkinan tinggingya kurang lebih 15-20 meter. Selain itu, terdapat pura yang digunakan untuk melakukan persembahyangan bagi umat Hindu di Bali pada saat hari-hari suci keagamaan dan tak dekat dari sana terdapat yang diyakini sebagai makam dari Raja Udayana yang terdapat di dalam sebuah ceruk di dalam candi.
Candi Gunung Kawi berlokasi dekat dengan Pura Tirta Empul, yang berada di desa Tampaksiring, Gianyar Bali. Jadi, sungai pakerisan yang merupakan pembatasan antara candi 4 dan candi 5 ini, merupakan bagian dari sungai yang berasal dari Pura Tirta Empul ini. Sehingga, jalan sebuah cerita sejarah antara pura ini memiliki hubungan erat, karena lokasi yang tidak jauh dan saling terhubung. Akan tetapi, Candi Gunung Kawi lokasinya yang berada di tengah-tengah sawah dan berada jauh di bawah hamparan sawah, membuat banyak orang-orang mempelajari ilmu-ilmu spiritual disini, seperti melakukan tapa yoga semadhi demi ketenangan duniawi.
Tempat ini ditemukan pada tahun 1920 oleh peneliti Belanda, yang awal mulanya merupakan tumpukan hamparan sawah terasering saja yang kemudian dilakukan penggalian karena terdapat beberapa hancuran peninggalan disana waktu itu. Setelah itu, ditemukannya sebuah candi-candi ini dan beberapa ceruka yang membuat situs peninggalan Kerajaan Udayana dan diprediksi dibuat pada abad ke-11 di Bali. Sehingga sampai saat ini,tempat ini masih dijaga perawatannya, pada tahun 2019 tempat ini dilakukan sebuah renovasi jalan di tepi sungai pakerisan, karena demi menjaga keindahan tempat ini yang sudah dijadikan destinasi wisata sejarah Bali, akan tetapi tanpa menghilangkan unsur sejarah itu sendiri.
Candi Gunung Kawi dijadikan wisata sejarah bagi pemerintah dan masyarakat, karena merupakan sebuah cagar budaya bagi Bali dan Indonesia itu sendiri. Sehingga membuat candi gunung kawi dijadikan sebuah destinasi wisata yang berbasis budaya. Selain itu, memang Kabupaten Gianyar, Bali ini merupakan sebuah kabupaten yang memiliki objek-objek wisata yang berbasis sejarah yang membuat para wisatawan datang kemari untuk mempelajari kebudayaan itu sendiri ataupun hanya sekedar berkunjung saja.
Cara untuk sampai ke Candi Gunung Kawi ini adalah dengan membayar tiket terlebih dahulu sekitar Rp. 15.000 bagi wisatawan domestik dan Rp. 30.000 bagi wisatawan mancanegara. Serta, menyewa harga kamen atau sarung Bali sekitar Rp.10.000 saja. Maka, kalian dapat berkunjung ke tempat ini, karena syarat memasuki sebuah pura atau tempat suci harus menggunakan sarung Bali ini. Lalu, kalian akan menuruni anak tangga yang sangat banyak yang disekelilingnya terdapat beberapa art shop yang menjual pernak-pernik khas Bali sebagai kenang-kenangan berkunjung. Selain, itu terdapat beberapa atraksi yang dibuat disana seperti swing atau ayunan besar yang menghadap ke sawah dan terdapat sawah-sawah dengan aliran sungai kecil diantara sawah-sawah tersebut. Setelah sampai dibawah, maka kalian akan melihat kemegahan Candi Gunung Kawi ini. Selain kompleks candi dan wihara, terdapat Pura Gunung Kawi disini. Serta beberapa pura yang terdapat di dalam sawah yang tidak jauh dari sini. Sehingga, ketika kalian sampai disini perlu mengelilingipenuh area candi ini dan mempelajari beberapa hal dari semua yang ada disini baik itu candi sampai sejarah yang banyak terkandung di dalam destinasi ini.
Jadi, itulah pengalaman perjalanan saya di tempat ini, sehingga kalian wajib datang kemari demi menikmati keindahan bangunan dan peninggalan bersejarah dari Pulau Bali ini. Semoga dapat membantu perjalanan kalian sebelum kemari dan menambah wawasan kalian dalam melakukan perjalanan wisata.
"Enjoy Your Journey"Jika kalian memiliki pertanyaan tentang tempat ini, kalian bisa menanyakannya di kolom komentar atau bisa melalui via Instagram @agus_sukertha dan Facebook @Agus Sukertha.